Denyut Selulolitik dari Usus Rayap
(Mini-Epilog Kuliah Mikroba Simbion)
Jelang tirai semester ini perlahan turun, satu per satu mata kuliah menutup kisahnya. Dan hari ini, kelas terakhir pun usai, ditutup dengan presentasi mini riset para peserta, yang masing-masing membawa potongan pengetahuan, layaknya mozaik kecil yang menyusun wajah ilmu hayati.
Salah satu mini riset yang membekas, telah menyibak tabir rahasia tentang mikroba endosimbion dari saluran pencernaan rayap tanah. Terdengar sepele barangkali, bagi telinga awam. Rayap? Mikroba?, terlalu kecil untuk jadi penting. Namun justru di situlah letak kebesaran ilmu pengetahuan: bahwa di balik rongga usus seekor rayap, hidup sebuah komunitas mikroba yang tekun meretas selulosa menjadi serpihan gula, menjadi energi, menjadi napas kehidupan, menjadi cerita tentang kemungkinan-kemungkinan masa depan.
Ketika lembar demi lembar laporan kutilik, ketika hasil uji zona bening di medium CMC terpampang jelas, mengoprak jejak aktivitas enzim selulase, enzim yang bila dikembangkan, bisa membantu manusia dalam mengurai limbah, mengubah biomassa menjadi bioenergi, dan menjawab sebagian dari masalah-masalah ekologis yang kini mengepung dunia. Seolah kembali mengingatkanku pada hakikat sains. Bahwa ilmu pengetahuan bukanlah menara gading yang jauh dan dingin. Ia hidup. Ia berdenyut di ujung pipet, di ruang laboratorium, dan di dada para peneliti muda yang menyulam mimpi-mimpi besar.
Siapa sangka, serangga kecil bernama rayap ternyata menyimpan pasukan mikroba yang sanggup mengurai tembok kokoh lignoselulosa? Bahwa apa yang dikerjakan rayap dan simbionnya dalam kegelapan tanah, boleh jadi suatu hari menjadi kunci bagi teknologi yang memegang jawaban atas persoalan besar umat manusia?
Riset-riset kecil seperti yang barusan kusaksikan bukan sekadar menutup kuliah Mikroba Simbion semester ini, sekaligus membuka gerbang bagi pertanyaan-pertanyaan yang jauh lebih besar: apa lagi yang masih tersembunyi di perut seekor rayap? apa yang belum kita gali dari mikroba-mikroba sunyi yang hidup di sana? dan bagaimana, dari yang kecil dan tersembunyi itu, kita bisa membangun masa depan yang lebih lestari?. Peserta kelas menjadi saksi getar ilmu melalui suara gugup yang meyakinkan dari presenter. Mewakilkan semesta membisikkan satu pesan penting: bahwa di alam ini, yang kecil tak pernah benar-benar kecil. Wallahu a’lam bishshawab. [HF]