Mengenal Lebih Dekat Muhammad Arif, Mahasiswa Biologi Yang Tak kenal Kata Menyerah

  • 10 Oktober 2024
  • 10:13 WITA
  • Admin_Bio
  • Berita

Hari ini, Rabu 9 Oktober 2024 Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar kembali melaksanakan hajatan rutin terhadap ribuan mahasiswanya yang telah berhasil menyelesaikan studinya. Hajatan kali ini adalah angkatan ke-107. Kegiatan yang kali ini kembali dipusatkan di Auditorium Kampus II Samata-Gowa, berlangsung sangat meriah seperti hajatan-hajatan serupa sebelumnya, itu karena hajatan ini juga ikut dihadiri oleh rumpun keluarga besar para wisudawan wisudawati. Sebagai ungkapan rasa syukur, tidak sedikit wisudawan-wisudawati itu ikut memboyong keluarga besarnya datang jauh-jauh dari kampung nan jauh menuju ke kampus peradaban yang terletak di Samata-Gowa.

Di antara ribuan wisudawan-wisudawati yang ikut ambil bagian pada hajatan ini, terdapatlah salah satu sosok lelaki bertubuh ringkih nan agak jangkung juga ikut bereuforia atas terlaksananya hajatan ini, tapi sayang kegembiraannya sedikit kurang sempurna, oleh karena sosok pahlawannya yang selama hidupnya menjadi orang terdepan yang mendukung studinya, jauh-jauh hari telah berpulang ke hadirat Sang Pencipta, di saat-saat ia baru saja memulai menapaki dan merasakan jalan-jalan terjal dunia perkuliahan.  

Nama mahasiswa itu akrab dipanggil oleh teman-temannya dengan panggilan Dava. Nama lengkapnya adalah Muhammad Arif. Ia adalah anak ke-2 dari 3 bersaudara dari pasangan (alm) Alimuddin dan Sunarti Israil.  Anak yang lahir di Lonrong, 14 April 2001 silam ini sejak kecil hingga awal-awal menginjakkan kaki di bangku kuliah telah merasakan pahit getirnya susahnya hidup yang serba kekurangan. Almarhum ayahnya hanyalah buruh lepas sementara ibu yang mengandung dan melahirkannya hanyalah ibu rumah tangga biasa. Hanya karena kebulatan tekad darinyalah sehingga ia ingin terus menapaki dunia pendidikan hingga setinggi-tingginya dengan harapan kelak dengan pendidikan tingginya itulah ia bisa merubah nasib dan mengangkat derajat kedua orang tuanya. Tekad itulah yang mendorong dirinya, sehingga pada tahun 2019 ia kemudian mendaftar kuliah dengan mengambil jurusan Biologi pada fakultas Sains dan teknologi.

Awal kuliah, kendati berasal dari keluarga yang tidak berkecukupan, ia bisa seperti teman-temannya seangkatannya dapat mengikuti kegiatan perkuliahan secara normal dan fokus. Akan tetapi, semua itu berubah saat almarhum ayahnya, bapak Alimuddin mendadak kembali ke haribaan Sang Pencipta. Arif yang awalnya fokus kuliah saat itu kini harus berpikir keras bagaimana cara agar kuliahnya bisa tetap berjalan meski tulang punggungnya telah patah di tengah jalan. Tak hanya soal kuliah, Arif yang merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara ini juga merupakan satu-satunya anak laki-laki, maka mau tidak mau, ia merasa beban tulang punggung keluarga bagi ibu dan saudara-saudaranya kini beralih ke pundaknya.

Dengan beban dan tanggung jawab seperti itu apakah Arif terpaksa harus meninggal bangku kuliah? Jawabannya tidak.

Jangankan meninggalkan bangku kuliah disaat-saat seperti itu. Malah mahasiswa yang awal-awal kuliah ini tidak terlalu menonjol dan lebih banyak diam di dalam kelas. Pada akhirnya dalam perjalanan perkuliahannya berhasil menjelma menjadi mahasiswa yang membuat tidak sedikit dosen-dosennya keheranan sekaligus kagum. Betapa tidak, mahasiswa yang awalnya dikenal culun ini di kemudian hari yaitu pada periode 2022-2023 menjelma menjadi sosok yang membanggakan yaitu berhasil menjadi ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) di prodi yang memiliki semboyan “salam lestari salam konservasi” ini.

“Kehebatan” anak ini patut diacungi jempol, tidak hanya karena ia berhasil mencatatkan namanya dalam sejarah mahasiswa Biologi dalam menapaki dunia kampus, akan tetapi, juga karena kecekatannya yang mampu memainkan banyak peran dalam waktu bersamaan dan dalam segala keterbatasan. Sebagai mahasiswa, sebagai Ketua HMJ dan ingat sebagai tulang punggung keluarga sepeninggal ayahnya.

Kendati Si Arif ini hanya mampu finish di fase-fase terakhir, semester 10  dengan IPK mentok di 3.29. Sekali lagi, di balik IPK dan keterlambatan itu tersimpan banyak selaksa peristiwa yang pada sisi lain patut dibanggakan terutama oleh ibunya sendiri. Betapa tidak, menjalani kehidupan dengan banyak peran sekaligus bukanlah hal mudah untuk ditaklukkan. Benar saja, mahasiswa yang memiliki khas rambut belah dua ini, di samping ia kuliah, dengan mengikuti segala tetek bengek perkuliahan seperti mengerjakan tugas-tugas, kegiatan praktikum yang menjadi kegiatan wajib mahasiswa biologi sekaligus melakukan penelitian untuk tugas akhirnya, ia juga nyambi bekerja dari satu tempat ke tempat lainnya.

Berdasarkan hasil wawancara penulis kepada Si Arif. Arif ini dengan mata sedikit sembab ia mulai menceritakan bagaimana perjalanan hidupnya yang bekerja dari satu tempat ke tempat lain. Menurut penuturannya, awal mula ia nyambi bekerja adalah saat semester 2 di tahun 2020 yaitu bekerja sebagai pegawai toko yang ada di bilangan jalan Boulevard Makassar selama kurang lebih 6 bulan. Setelahnya, masih di tahun yang sama, ia pindah bekerja sebagai kasir di Toko Mamu yang ada di Jalan Rappocini Makassar kurang lebih 3 bulan lamanya. 

Kemudian setelah resign dari tempat sebelumnya itu, tidak lama setelahnya ia kembali menemukan pekerjaan baru, yakni bekerja di salah satu bank Swasta sebagai Officer Development Program yang mana gaji yang ia terima dari profesinya itu tidak hanya mampu membiayai kuliahnya akan tetapi juga mampu membuat asap dapur di rumahnya tetap mengepul. Bahkan dari hasilnya itu, ia juga mampu membantu biaya sekolah adiknya yang saat itu tengah menempuh pendidikan di salah satu lembaga tahfidz di Makassar. Dan saat wawancara ini berlangsung, sang adik yang ia biaya itu kini telah meraih gelar hafidzah 30 juz dan saat ini juga sementara duduk di bangku kuliah semester awal. 

Selain yang diceritakan itu, Si Arif ini juga pernah nyambi sebagai barista di salah satu kedai minuman yang kini produknya tengah digemari oleh warga Makassar-Gowa dan sekitarnya. Hebatnya, Itu semua mulai dilakukan Arif saat masih berstatus sebagai mahasiswa aktif.

Memang dalam hal presentasi dengan mengukurnya lewat IPK, Arif bukanlah mahasiswa “super” yang patut dikedepankan sebagai teladan. Akan tetapi dari perjalan hidupnya itu ada banyak serpihan-serpihan ibrah dan hikmah yang patut menjadi teladan terutama oleh adik-adiknya, seperti karakter pantang menyerah dan putus asa karena keterbatasan ekonomi, Tidak malu dan gengsi bekerja apa saja yang penting menghasilkan sesuatu yang halal, dan tentunya kemampuannya dalam membagi waktu kuliah dan kerja sampingan. Dan yang paling penting juga adalah cinta dan penghargaannya kepada orang tua dan keluarganya yang tak pernah kering. Ia tak pernah lupa dimana ia berasal. 

Bravo Arif. Kendati IPK-mu tidaklah terlalu tinggi yang membuat harus berdiri di podium dengan predikat mahasiswa terbaik dan berprestasi. Akan tetapi, perjalanan kisahmu dalam melawan segala keterbatasanmu membuatmu telah memperoleh IPK tertinggi dalam hidup ini. (DRH)