Belajar Etnobiologi di Jantung Budaya Gowa: Mahasiswa Biologi UINAM Gali Kearifan Lokal di Balla Lompoa

  • 29 Juli 2025
  • 09:07 WITA
  • Admin_Bio
  • Berita

Gowa, 6 Juli 2025 – Sebagai bagian dari proses pembelajaran yang mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan budaya lokal, mahasiswa Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin Makassar melaksanakan kegiatan Outing Class Mata Kuliah Etnobiologi dengan dosen pengampu, Bapak Rusmadi Rukmana, S.Si., MPd., dan Bapak Zulkarnain, S.Si., M.Kes., di Museum Balla Lompoa, peninggalan Kerajaan Gowa yang kini menjadi pusat pembelajaran sejarah dan budaya.

Kegiatan ini bertujuan untuk mengajak mahasiswa menyelami langsung pengetahuan tradisional masyarakat Kerajaan Gowa, terutama dalam hal pemanfaatan sumber daya alam hayati seperti tumbuhan dan hewan, yang menjadi inti dari kajian etnobiologi.

 

Menelusuri Relasi Manusia dan Alam Lewat Benda Pusaka

Selama kunjungan, mahasiswa diajak untuk mengamati berbagai aspek etnobotani (pemanfaatan tumbuhan) dan etnozoologi (pemanfaatan hewan) yang tercermin dalam artefak dan benda-benda pusaka di museum. Tak hanya itu, mereka juga mendalami nilai-nilai budaya yang melekat pada praktik tradisional tersebut, seperti penggunaan ramuan herbal, alat-alat perang, dan daun lontara sebagai simbol pengetahuan lokal yang diwariskan secara turun-temurun.

Menurut Ghefira Nur Hasanah Jasman, salah satu peserta outing class, sesi paling menarik adalah saat pengenalan langsung terhadap benda-benda pusaka.

“Melihat bagaimana tumbuhan dimanfaatkan untuk pengobatan tradisional, atau alat-alat berbahan dasar alam digunakan dalam kehidupan masyarakat Gowa, membuat kami lebih memahami bahwa hubungan manusia dan alam bukan sekadar eksploitasi, tapi ada nilai spiritual dan budaya di dalamnya,” ujarnya.

 

Membuka Wawasan, Meski Waktu Terbatas

Kegiatan ini memberikan pengalaman belajar kontekstual yang tidak bisa didapat hanya dari teori di kelas. Mahasiswa belajar bahwa hubungan manusia dan lingkungan dalam budaya lokal sarat makna dari sisi ekonomi, sosial, hingga spiritual.

Meski begitu, keterbatasan waktu dan kurangnya informasi tertulis pada beberapa artefak menjadi tantangan dalam memahami lebih dalam setiap objek. Penjelasan pemandu museum sangat membantu dalam melengkapi pemahaman terhadap kekayaan budaya yang ditampilkan.

Kegiatan outing class ini menjadi jembatan penting bagi mahasiswa Biologi untuk mengaitkan ilmu sains modern dengan kearifan lokal. Mahasiswa dan dosen berharap kegiatan serupa terus dilaksanakan secara rutin dan dengan cakupan lokasi yang lebih luas, agar generasi ilmuwan muda semakin sadar akan pentingnya budaya dalam pelestarian sumber daya alam.

Melalui kegiatan seperti ini, mahasiswa tidak hanya belajar tentang tumbuhan dan hewan, tapi juga belajar menghargai pengetahuan lokal sebagai bagian tak terpisahkan dari ekologi dan identitas bangsa (SHA).


Kontributor : RAI (UKH_BioSense/HMJBioFST