Benarkah Nabi Yunus Ditelan Oleh (Ikan) Paus ? : Sebuah Tinjauan Dalam Perspektif Biologi Sains dan Alquran

  • 26 Juni 2025
  • 09:03 WITA
  • Admin_Bio
  • Berita

Latar Belakang

Nabi Yunus merupakan salah satu Nabi dan Rasul diantara 25 Nabi yang wajib diimani oleh umat Islam. (QS As-Shaffat: 139). Namanya diabadikan dalam al-Quran sebagai salah satu nama surah yakni surah yang ke-10. Surah ke-10 dinamai surah Yunus karena di dalamnya diterangkan tentang kisah Nabi Yunus As terutama pada ayat yang ke - 98. Selain pada ayat tersebut kisah tentang Nabi Yunus juga disebut pada surah lain, yakni QS. al-Anbiya/21 ayat 87-88 dan QS. Ash-Shafat/37 ayat 139-148.


 Sebagaimana halnya dengan Nabi dan Rasul lainnya, Nabi Yunus juga memiliki mukjizat yang luar biasa yaitu selamat dari telanan ikan yang besar.

 Dalam beberapa keterangan disebutkan bahwa Nabi Yunus ditelan oleh ikan yang sangat besar kemudian di bawah ke dasar laut yang paling dalam sebagaimana digambarkan dalam al-Quran sebagai tempat (paling) gelap.

 

Al-quran menggambarkan Nabi Yunus berseru kepada Tuhan dalam keadaan gelap. Disebut sebagai tempat paling gelap karena peristiwa masa kegelapan yang dialami Nabi Yunus sungguh berlapis-lapis, yaitu selain berada di dalam perut ikan, peristiwa itu juga terjadi pada malam hari, serta Nabi Yunus dibawa oleh ikan ke dasar laut yang paling dalam, tempat dimana tidak bisa ditembus oleh cahaya.

 

Ibnu Abbas dan Ibnu Mas'ud mengatakan bahwa ikan paus itu membawa Yunus menyelam hingga sampai di dasar laut.

 Ibnu               Mas'ud             mengatakan               bahwa  pada ayat tersebut menggunakan kata zhulumāt  (gelap) dalam bentuk   jamak,   maksudnya adalah Yunus berada pada kondisi gelap yang berlapis², yaitu  gelapnya  perut  ikan paus,   gelapnya lautan,   dan gelapnya  malam  hari.  Hal  yang   sama  telah  diriwayatkan  dari  Ibnu   Abbas,  Amr   ibnu  Maimun,    Said  ibnu Jubair,  Muhammad   ibnu  Ka'ab,    Ad- Dahhak,  Al- Hasan, dan Qatadah.

 

Dalam berbagai riwayat disebutkan pula bahwa nama ikan yang menelan Nabi Yunus bernama ikan Nun dan oleh sebagian mufassir diyakini masih hidup hingga sekarang bahkan sampai hari kiamat.

 

Bagi orang Islam, karena kisah ini dikemukakan dalam Al-Quran maka sesuatu yang harus diyakini kebenarannya. Akan tetapi, yang dipersoalkan dikemudian adalah benarkah ikan yang digambarkan oleh al-Quran adalah sejenis paus sebagaimana disebutkan oleh para mufassir? Menarik untuk diulas.

 

Pendapat Para Mufassir.

 Peristiwa ditelannya Nabi Yunus oleh ikan diabadikan dalam al-Quran yaitu pada QS al-Anbiya/21 : 87-88 dan QS ash-Shafat/37 : 139 - 148. Berikut saya kutip ayatnya :

 

(Ingatlah pula) Zun Nun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya. Maka, dia berdoa dalam kegelapan yang berlapis-lapis, “Tidak ada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim. (QS al-Anbiya/21 : 87)
 

Maka dia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. (QS ash-Shafat/37 : 142)

 

Pada kedua ayat tersebut tidak disebutkan secara spesifik spesies ikan yang menelan Nabi Yunus. Hanya saja disebutkan ikan yang sangat besar (al-Huutu). Oleh para mufassir seperti Ibnu Katsir ketika menafsirkan QS al-Anbiya 87 dan QS As-Shaffat ayat 142 menyebutkan bahwa ikan yang menelan nabi Yunus itu adalah ikan paus. Bahkan Ibnu Katsir mengutip beberapa hadis sahih bahwa ikan paus itu bernama Zun Nun. Zun Nun secara harfiah bermakna orang yang mempunyai ikan yang besar atau berkawan dengan ikan. Dikatakannya demikian karena Nabi Yunus berada dalam perut ikan dalam waktu yang cukup lama, ada yang menyebut selama 3 hari, 7 hari bahkan sampai 40 hari.

 

Penafsiran yang sama disebutkan oleh Wahbah Az-Zuhaili dalam tafsir Al-Wajiz, Abdullah bin Abdul Aziz Al-'Awaji dalam tafsir Ash-Saghir, dan beberapa kitab tafsir lainnya bahwa ikan besar itu adalah ikan paus. 

 

Penyebutan bahwa ikan yang dimaksud itu adalah paus, dapat ditemukan juga dalam beberapa (interpretasi) hadis, seperti pada hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Jarir dan al-Baihaqi dari Sa‟ad ibn Abi Waqash, bahwa Nabi saw. Bersabda: “Doa Dzun Nun (nabi Yunus a.s.)  ketika ia berdoa pada saat berada dalam perut ikan paus, 'Laa ilaaha illaa Anta subhaanaka innii kuntu minazh zhaalimiina' (tiada Tuhan melainkan Engkau, Mahasuci Engkau, sesungguhnya hamba termasuk orang-orang yang zalim). Maka, tidak ada seorang Muslim pun yang berdoa kepada Tuhannya dengan doa ini menyangkut suatu hal,  melainkan Tuhan memperkenankan doanya itu” (HR. Baihaqi).

 

Kendati demikian, tidak semua mufassir secara gamblang menyebut ikan yang dimaksud itu adalah paus dan tidak pula menyebut nama spesies ikan lainnya.

 

Pandangan Sains Biologi

 Oleh karena ayat tidak menyebutkan secara spesifik bahwa ikan itu adalah paus. Maka, dalam pandangan Sains biologi ada dua kemungkinan: Pertama, membenarkan bahwa yang menelan Nabi Yunus itu adalah paus sebagaimana pendapat sebagian besar mufassir. Kedua, jenis ikan besar yang menelan Yunus itu bukan Paus akan tetapi oleh ikan besar dengan spesies lain.

 

Pertama, pendapat yang mendukung pendapat para mufassir, itu dapat dilihat dengan beberapa alasan:

 

1). Ayat itu menyebut "ikan yg besar", sementara salah satu spesies ikan yang paling besar yang pernah ditemukan adalah hiu paus (whale shark). Panjang tubuh hiu paus ini bisa mencapai hampir 40 kaki dan beratnya mencapai sekitar 9.071 kilogram atau setara dengan 20 ribu pound. Hiu paus juga memiliki mulut yang sangat besar, yaitu lebarnya bisa mencapai sekitar 5 kaki.

 2). Dari beberapa spesies paus, ada diantaranya yang cara makannya dengan cara mengisap, bukan dengan cara menggigit atau mengunyah. -Kendati, dalam riwayat disebutkan bahwa tubuh Yunus tetap utuh meski telah masuk ke dalam perut ikan karena ikan tersebut telah diinstruksikan oleh Allah agar tidak menyebabkan tubuh Yunus terluka dan tulangnya patah-. Akan tetapi dalam pandangan Sains, bisa jadi tubuh Nabi Yunus tetap utuh tanpa tercabik² ada keterkaitannya karena ia ditelan dengan cara diisap oleh paus.

 3). Ikan yang seringkali didengar memiliki muntahan, adalah paus. Ini  kurang lebih sejalan dengan QS. As-Shaffat ayat 145 yang berbunyi "Kemudian Kami lemparkan dia (Yunus) ke daratan yang tandus, sedang dia dalam keadaan sakit". Redaksi kata melempar disini, sangat cocok dimaknai "memuntahkan". Karena makhluk yang biasanya melempar adalah mereka yang memiliki tangan, sementara paus tidak memiliki tangan.

 

4). Dalam ayat disebutkan bahwa Yunus berada dalam tempat yang paling gelap (zhulumāt), yang salah satu maknanya karena berada di dasar lautan paling dalam yang tidak bisa ditembus cahaya. Nah salah satu ikan yang mampu berenang ke dasar lautan yang paling dalam adalah

paus, terutama paus sperma dan paus berparuh Cuvier. Mereka dapat menyelam hingga kedalaman 2.000 meter atau lebih, dan paus sperma bahkan dapat mencapai kedalaman 3.000 meter atau lebih.

 Malah, Dr. Zaghloul Al-Najjar seorang Geolog asal Mesir meyakini bahwa ikan yang menelan Nabi Yunus adalah paus biru. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi Yunus dibawa oleh ikan itu melintasi seluruh lautan. Riwayat ini diperkuat oleh penelitian para ilmuan Amerika Serikat dari US National Marine Fisheries Servies (NMFS) yang mengemukakan bahwa ikan paus mampu berenang sejauh 10 ribu kilometer dari kutub selatan ke perairan tropis bukan untuk tujuan makan ataupun untuk berkembang biak.

Terlepas apa jenis spesiesnya, pendapat pertama ini meyakini ikan yang dimaksud adalah paus.

Sementara pandangan Sains Biologi yang bertentangan dengan pendapat para mufassir, diantara argumentasinya:

 

1). Paus bukanlah satu² ikan yang paling besar yang pernah ada. Ada beberapa spesies ikan lain yang  memiliki ukuran yang besar, salah satunya hiu megalodon. -kendati saat ini ikan purba ini telah dinyatakan punah-.

2) Pada ayat dan terjemahannya disebutkan bahwa yang menelan Nabi Yunus adalah ikan yang besar. Kata ikan disebut dengan tegas. Sementara dalam pandangan Sains Biologi, paus itu tidak termasuk ke dalam spesies ikan, ia termasuk ke dalam spesies mamalia. Maka menyebut ikan paus dalam pandangan Sains Biologi adalah sebuah kekeliruan besar. Karena paus bukan ikan, tetapi spesies mamalia. Jika mengacu pada pandangan ini, maka dapat dipastikan penafsiran yang menyebutkan ikan paus adalah sebuah kekeliruan yang nyata.

3) Paus merupakan mamalia air yang memiliki kerongkongan yang sangat kecil yang hanya cocok memakan plankton yang secara sains tidak mungkin mampu menelan manusia secara utuh. Apatah lagi, diyakini tubuh manusia dulu jauh lebih besar dari tubuh manusia sekarang.

4). Masa hidup paus bervariasi, tergantung jenisnya. Kendati, beberapa paus balin seperti paus biru dapat hidup hingga 80-90 tahun, paus bergigi seperti paus sperma sekitar 60-70 tahun. Paus kepala busur, yang dikenal sebagai mamalia terpanjang umurnya, dapat hidup lebih dari 200 tahun. Tidak ada seekor paus pun yang mampu hidup sampai hari kiamat. Fakta ini bertentangan dengan isyarat ayat bahwa ikan yang menelan Nabi Yunus itu mampu hidup sampai hari kiamat. Seperti bunyi ayat "Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang- orang yang  banyak  mengingat  Allah, niscaya   ia akan  tetap tinggal di  perut ikan  itu  sampai    hari  berbangkit" (QS. As-Shaffat ayat 143-144). Pada ayat ini memberi isyarat bahwa seandainya Nabi Yunus tidak bertaubat dan banyak berzikir maka ia akan tetapi berada dalam perut ikan sampai hari kiamat. Itu artinya ikan ini diproyeksikan untuk hidup hingga hari kiamat.

Lantas jika masih hidup, dimanakah keberadaan ikan itu sekarang? Tidak ada dalil pasti, hanya saja dalam beberapa mitos dan tradisi yang berkembang menyebutkan bahwa ikan itu berada di Samudera Selatan atau laut yang mengitari laut India. (Fahmi Rizky Ardhani, 2025).

Oleh karena itu, ada sebagian yang berpendapat bahwa ikan yang menelan Nabi Yunus itu adalah ikan yang sama dengan ikan yang sekejap menghabisi makanan yang disiapkan oleh Nabi Sulaiman, yaitu ikan Nun. -Kendati dalam beberapa penafsiran juga menyebut bahwa ikan yang sekejap menghabisi hidangan yang disiapkan Nabi Sulaiman adalah paus juga-. 

Terlepas atas pro kontra tersebut, jika sekiranya argumentasi sains beserta dalil²nya ini diterima maka sudah seharusnya penafsiran yang menyebut ikan paus musti diperbaharui. Akan tetapi, jika sebaliknya yang benar, ikan Nun itu adalah paus sebagaimana penafsiran para mufassir, maka defenisi yang dirumuskan oleh para Saintis Biologi sepertinya perlu ditinjau ulang.

 

Wallahu 'Aelam.

 

Dirhamzah (Dosen Integrasi Keilmuan Pada Prodi Biologi FST UIN Alauddin Makassar).