Terancam Guyuran Hujan, Upacara Kesadaran Nasional Edisi Akhir Tahun Berjalan Khusyu dan Penuh Inspirasi

  • 18 Desember 2023
  • 04:39 WITA
  • Admin_Bio
  • Berita

Senin pagi itu, langit Samata sedang gelap dan sepertinya sedang 'mengancam' akan memuntahkan air hujan sederas-derasnya mengguyur semesta Samata dan wilayah sekitarnya. Bahkan, di beberapa titik, rintik-rintik sudah mulai datang menyapa. Tidak sedikit yang menduga, bahwa pagi itu, bohong kalau dalam waktu dekat hujan tidak turun. 

Kendati demikian, kondisi itu tidaklah membuat hajatan bulanan yang selalu "dirayakan" di setiap pertengahan bulan tak jadi terlaksana, ataupun harus berpindah lokasi di tempat yang berteduh. 

Untungnya juga, gelap dan mendung itu tidaklah sampai turun masuk ke raga dan ikut menyurutkan semangat yang sudah membara dalam dada para "pengabdi" untuk tetap hadir seperti sedia kala untuk mengekspresikan bukti cintanya. 

Kehadiran para abdi² ini seperti biasanya (meski di bawah ancaman turunnya hujan deras) menunjukkan sketsa bahwa 'ketakutan' akan turunnya air hujan itu mampu terkalahkan oleh rasa cinta pada institusi dan tanah air tempat mereka dilahirkan dan bertumbuh. 

Sebagaimana lazimnya, telah dimaklumkan bahwa sekali dalam sebulan yakni pada tanggal 17 di setiap bulannya akan diadakan upacara Kesadaran Nasional yang wajib diikuti oleh civitas akademika setiap kampus di negeri ini. 

Tak terkecuali di lingkup kampus Peradaban. Di kampus peradaban sendiri pelaksana hajatan ini dilakukan secara bergilir setiap fakultas dalam lingkup UIN Alauddin Makassar. 

Pada moment hajatan seperti ini, sudah jamak diketahui semua abdi negara harus datang lebih awal, lalu berkumpul di tempat yang sama, lalu tunduk pada satu komando yang sama. Demikianlah salah satu cara merawat cinta pada tanah air.

Kali ini, hajatan itu dilaksanakan bertepatan diawal pekan pertengahan bulan desember (18/12). Dengan balutan busana putih-putih gelap, laki-laki wanita, semuanya berbaris rapi, kala hormat semua sama-sama hormat, kala bernyanyi semua sama-sama bernyanyi, begitupun kala berdoa, semua menunduk dan ikut berdoa.  Itu semua dilakukan sebagai tanda bakti dan bukti cintanya terhadap bangsa dan negara dengan satu komitmen kebangsaan yang sama, yaitu  "NKRI adalah Harga Mati".

Tidak ketinggalan, hadir dan ikut dalam kegiatan "sakral" bagi Abdi Negara ini, adalah mereka-mereka para dosen, tendik dan laboran yang ber-home base di Fakultas Sains dan Teknologi, lebih tepatnya mereka-mereka yang bernaung pada prodi pemilik semboyan "salam lestari salam konservasi" ini. 

Di hajatan 17-an kali ini, Fakultas, tempat dimana para guru diproduksi yang didaulat jadi pelaksana hajatan, mulai dari pembaca susunan acara hingga pembaca doa. 

Dekannya, Dr. H. Andi Achrul, M.Pd.I yang juga didaulat sebagai pembina upacara pada upacara kesadaran nasional kali ini dalam amanatnya, meski cukup singkat tapi padat dan inspiratif. A. Ahcruh setidaknya telah membentangkan beberapa poin penting dalam amanat singkatnya itu.

Dirhamzah, salah seorang dosen Prodi Biologi FST yang mengikuti upacara tersebut mencatat beberapa point penting dalam amanat tersebut. Point-point yang dimaksud sebagai berikut : 

Pertama, Andi Achruh membuka amanatnya dengan kembali mengingatkan kepada seluruh peserta yang hadir tentang penting dan sakral hajatan semacam ini. Oleh karenanya, ia kembali menekankan dan mengajak kepada yang hadir untuk benar-benar menjiwai seluruh rangkaian kegiatan upacara semacam ini, seperti saat hormat pada bendera merah putih dan ketika menyanyikan lagu Indonesia Raya. Selain sebagai wujud dari komitmen kebangsaan kita, itu juga merupakan perwujudan dari sumpah Korps pegawai yang selalu kita ucapkan disetiap upacara bendera. 

Point berikutnya adalah, ia menyoroti tentang kepemimpinan dalam sebuah organisasi. Menurutnya untuk memaksimalkan kinerja sebuah organisasi harus dilakukan evaluasi kinerja secara berkala. "Andai saya adalah pimpinan tertinggi, itu akan saya lakukan kepada semua dosen dan pegawai. Saya sendiri siap dievaluasi, kalau kinerja saja tidak sesuai standar Pimpinan, saya siap dievaluasi". Imbuhnya. 

Point terakhir, yang disampaikan adalah masih berkaitan dengan point kedua tadi soal kepemimpinan. Mantan ketua P2B UIN Alauddin ini menceritakan tentang pesan bijak yang pernah ia dengar dari seorang tetuah bahwa "Ada 3 jenis manusia dalam memandang sesamanya manusia: Pertama, ada manusia yang melihat seluruh kebaikanmu dan tidak pernah melihat kekuranganmu maka berbuat baiklah dan hormatilah dia karna dia adalah orang mulia. Kedua, ada jenis manusia yang melihat kebaikanmu tapi juga melihat keburukanmu dan mampu memberikan solusi atas kekurangan, maka orang tersebut layak kamu jadikan teman dan pemimpin. Ketiga, yaitu orang-orang yang tidak pernah melihat kebaikanmu apapun yang kamu lakukan, yang tampak di matanya hanya keburukanmu saja, maka orang seperti ini tidak usah dilayani". 

*DRH