Salah satu program Kementerian Agama RI yang bekerjasama dengan LPDP Kementerian Keuangan yang diluncurkan pemerintah melalui program Beasiswa Indonesia Bangkit (BIB) Non Gelar adalah kegiatan Training of Trainer Penguatan Moderasi Beragama (ToT PMB). Kegiatan ToT PMB ini diadakan guna menghasilkan trainer-trainer handal dalam bidang moderasi beragama yang dipersiapkan menjadi trainer-trainer pada instansi-instansi baik di instansi di bawah naungan Kemenag maupun pada instansi lainnya guna mendukung program penguatan Moderasi Beragama yang sudah masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020-2024.
Untuk menjadi peserta pada kegiatan ini harus melalui beberapa tahapan seleksi yang cukup ketat, mulai dari tahap seleksi berkas adminstrasi yang salah satunya mempersyaratkan membuat makalah bertemakan problematika moderasi beragama dan tawaran solusinya meliputi: Isu toleransi, kebangsaan, anti kekerasan dan akomodatif budaya lokal yang terjadi di lingkungan sekitar calon peserta seperti di kampus dan masyarakat. Setelah ditanyakan lulus administrasi, maka calon peserta harus melalui tahap berikutnya yaitu tahap wawancara yang dilakukan via zoom.
Menurut data yang dirilis oleh Kementerian Agama melalui Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam, bahwa program ini dibuka secara umum pada semua dosen/tenaga pengajar yang berada di bawah naungan Kementerian Agama, baik dari PTKIN dan PTKIS seluruh Indonesia dengan kouta terbatas, hanya 300 peserta. Masih menurut sumber yang sama menyebut bahwa jumlah peserta yang mendaftar sekitar 800 orang, sementara yang lolos ke tahap berikutnya hanya sekitar 400 orang. Dari 400 calon peserta ini akan disaring lagi menjadi 300 orang saja sesuai kouta yang tersedia.
Salah satu peserta yang lolos ikut ToT PMB tahun 2023 ini adalah Dirhamzah, M.Pd.I yang merupakan dosen pada Prodi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Dosen Integrasi Keilmuan ini mengikuti ToT PMB tahap pertama yang berlangsung di PTP UIN Alauddin Makassar yang bertempat di Hotel Claro Makassar yang pelaksanaannya dimotori oleh LP2M UIN Alauddin Makassar.
"Kegiatan ToT PMB ini berlangsung beberapa tahap. Saya sendiri menjadi peserta di tahap I yang berlangsung mulai tanggal 27 November s.d. 3 Desember 2023 lalu. Di tahap I ini juga berlangsung secara bersamaan pada tempat lain seperti di PTP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan PTP UIN K.H. Abdurahman Wahid Pekalongan. Alhamdullilah, saya sendiri di tempatkan di Makassar. Sementara tahap berikutnya akan berlangsung di beberapa PTKIN lainnya, seperti UIN Sunan Ampel Surabaya, UIN Raden Intan Lampung, dsb", ungkap penulis buku Islam dan Biologi tersebut.
Lebih lanjut, lelaki kelahiran Wajo ini mengungkapkan rasa syukurnya dapat menjadi salah satu peserta ToT PBM ini.
"Saya sangat bersyukur dan senang sekali bisa lolos seleksi dan mengikuti kegiatan ini, selain semakin menambah wawasan tentang moderasi beragama, juga dapat menambah relasi atau pertemanan. Apalagi rata-rata kemarin teman-teman peserta mayoritas dari luar, mayoritas dari kampus di Jawa, ada Kendari dan beberapa orang dari Manado. Hanya ada dua orang dari UIN Alauddin, yaitu saya dan Dr. Asni dari Fakultas Syariah", tegasnya.
Peserta yang dinobatkan sebagai peserta paling responsif pada kegiatan ini juga mengungkapkan bahwa kegiatan ToT PMB yang diikutinya kali ini sungguh sangat menarik dan seru. Selain pesertanya semua sangat aktif dalam setiap sesi materi, juga karena kehadiran fasilitator hebat dan sangat mumpuni serta kehadiran panitia pelaksana yang sangat profesional dan friendly.
"Kegiatan ToT yang saya ikuti kemarin, sungguh seru, menarik dan juga unik. Pesertanya berasal dari berbagai kampus yang berbeda, bahkan ada dua peserta yang beragama kristiani dari Manado, Fasilitatornya juga hebat-hebat, dan semua panitianya sangat friendly", tambahnya.
Diakhir sesi wawancara, Dirhamzah menaruh harapan semoga ilmu yang ia peroleh pada kegiatan yang berlangsung selama sepekan itu bisa bermanfaat dan dapat ia diterapkan baik posisinya sebagai pelopor moderasi beragama maupun jika kelak lulus sebagai trainer.
"Moderat itu jangan berhenti hanya sebagai sebuah identitas, tetapi harus menjadi sebuah aksi nyata", pesannya seraya mengakhiri percakapan.
Kontributor: *DRH
Editor: SHA