Melihat Lebih Dekat Sosok Prof Hafsan, Guru Besar Ilmu Biologi dengan Sederet Catatan Mentereng

  • 29 Mei 2024
  • 11:33 WITA
  • Admin_Bio
  • Berita

Pers Prodi Biologi, Makassar – Prof. Dr. Hafsan, S.Si., M.Pd., Dosen Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi (FST) dikukuhkan sebagai guru besar dalam bidang Biologi UIN Alauddin Makassar, Selasa (28/5/2024).

Prof. Hafsan dikukuhkan bersama dengan dua guru besar lainnya, yaitu Prof Dr. Barsihannor, M.Ag. dan Prof. Dr. Muhammad Shuhufi, S.Ag., M.Ag.

Prosesi pengukuhan ini disesaki oleh audiens yang memenuhi dua lantai Auditorium UIN Alauddin Makassar. Gegap gempita seisi Auditorium membangun suasana hangat sekaligus haru. Bahkan menurut Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof. Hamdan Juhannis, MA.,  Ph.D., pengukuhan ini menjadi pengukuhan terbesar yang pernah dihelat oleh UIN Alauddin Makassar.

“Seluruh audiens memenuhi ruangan dan saya merasakan ini adalah sebuah pengukuhan yang terdahsyat. Tepuk tangan ini. Kombinasi pidato yang sangat paripurna, kalau di bangsa kita ini kita mengenal akulturasi budaya, kalau di UIN ini dengan pidato tiga guru besar kita tadi, lahirlah istilah akulturasi keilmuan,” pungkas Rektor kelahiran Bone itu.

Pengukuhan ini juga secara eksklusif dihadiri oleh Penjabat (Pj) sementara Gubernur Sulawesi Selatan, Prof. Zudan Arif Fakrulloh. Dalam sambutannya, Zudan Arif menyampaikan ucapan selamat dan apresiasinya kepada para guru besar yang baru saja dikukuhkan.

“Saya sebagai Pj Gubernur Sulsel mengucapkan selamat untuk Prof. Hafsan, Prof. Barsihannoor, dan Prof. Shuhufi atas kerja dan pencapaian profesor ini, dan selamat juga untuk Pak Rektor bertambah tiga guru besar baru. Ini tentu akan meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas kampus secara keseluruhan," ucap Prof. Zudan.

Setelah dikukuhkan, tiga guru besar ini menggenapkan jumlah guru besar UIN Alauddin Makassar menjadi 78 orang dan menjadi PTKIN dengan jumlah guru besar terbanyak kedua setelah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Sementara itu, Prof Hafsan dalam orasi ilmiahnya menyajikan panggung orkestrasi akademik yang dikemas dengan bahasa bahasa sastrawi. Prof Hafsan mengelaborasi perjalanan panjangnya dalam mengungkap cakrawala ilmu biologi yang kompleks dengan menggunakan bahasa yang nyaman ditangkap oleh telinga pendengar.

Ia mengirim sinyal menyenangkan dan menjadi upaya memutus paradigma lama bahwa sains dan dunia biologi hanya bisa diterjemahkan dengan bahasa yang rumit, kaku dan njelimet.

Dalam orasi ilmiahnya, Ia secara gamblang mendudukan antara bahasa sastra dan dunia pengetahuan saintifik. Panggung pengukuhan disulap bak pentas sastra yang juga akademis untuk mengulas satu tema penting bertajuk : Optimasi Kesehatan Pencernaan dan Imunitas dengan Suplementasi Enzim Fitase Dari Bakteri (Sebuah Penelusuran Metagenomik, Morfometrik dan Serologis)

Pada panggung kehormatan itu, orasi ilmiahnya mengelaborasi persinggungan antara nutrisi dan mikrobiota hingga genetik dari suplementasi fitase sebagai pemantik perbaikan dinamika mikrobiota, morfometrik ileum, stimulasi imunitas serta modulasi dinamika ekspresi gen absorpsi dan proteksi mukosa.

Ia turut mengurai kompleksitas kajian bidang keilmuannya, termasuk keberhasilannya dalam menilik beberapa parameter kunci terkait kesehatan pencernaan dan imunitas, mulai dari performa fisik, komposisi mikrobiota, serologi serum dan kelimpahan relating mRNA sebagai potret dari ekspresi 3 gen target yang terkait langsung dengan proses absorpsi dan proteksi mukosa dalam tubuh.

Narasi yang turut Ia gaungkan dalam orasinya adalah bahwa penelitian-penelitian ini tidak hanya tentang pengaruh fitase terhadap broiler sebagai hewan uji, melainkan bagaimana kita -dengan segala keterbatasan yang ada- dapat mengintervensi bahkan memodifikasi “dialog” antara nutrisi dan genetik untuk kesejahteraan yang lebih besar.

Prof Hafsan juga membawa sisi emosional dan penghormatan kepada seluruh pihak yang turut andil dalam perjalanan hidupnya. Decak kagum audiens (baik luring maupun daring) seketika berubah menjadi pengukuhan yang sarat kesedihan dan haru biru. Ia membawa serta seluruh penghargaannya ke panggung terhormat itu, mengirimkan kasih sayang dan terima kasih yang tulus kepada segenap orang-orang baik di balik perjalanan memorable ini.

Seluruh rangkaian orasi ilmiah yang Prof Hafsan sajikan di mimbar agung itu, dapat pembaca daras kembali melalui tautan berikut ini: Naskah Orasi Ilmiah Hafsan

Prof Hafsan merengkuh puncak tertinggi perjalanan akademik ini lewat jalan yang terjal nan berliku, tapi baginya raihan ini bukan hanya soal urusan pribadi dan kebanggan semata. Ia berpesan dengan penuh kebijaksanaan bahwa seluruh pencapaian ini adalah buah dari harmoni antara anugerah Ilahi, kebajikan kepada sesama, serta dedikasi dan komitmen sepenuh diri.

Jika pencapaian ini adalah sebuah prestasi, maka kunci segalanya adalah harmonisasi, antara ketuhanan yang memberi makna, kehidupan pribadi yang penuh cinta, hubungan dengan sesama yang tulus, dan karir yang penuh dedikasi dan komitmen.

***

Profil Prof Hafsan, Guru Besar Kharismatik dengan Sederet Catatan Mentereng

Profesor Hafsan telah tumbuh dan mekar sejak lama sebagai guru besar, setidaknya bagi orang-orang yang telah dididik dan merasakan semerbaknya ilmu dan kebijaksanaan yang Ia telah bagikan.

Prof Hafsan selalu identik dan dikenal sebagai sosok dosen yang humoris, progresif dan visioner. Saat ini ia tercatat sebagai guru besar termuda di UIN Alauddin Makassar yang merengkuh gelar kehormatan di usia 41 Tahun.

Prof Hafsan sendiri lahir di Sabah, Malaysia pada tanggal 12 September 1981 dan merupakan anak keenam dari delapan bersaudara. Ia dibesarkan oleh pasangan suami istri berdarah Bugis, yaitu H. Muh Sapile (Alm) dan Hj. Hasnawiah Nahariah.

Perempuan yang tumbuh besar di tanah Pangkajene dan Kepulauan itu menikah dengan Muhammad Nur Lajo di usia 24 tahun dan dikaruniai tiga orang anak, yaitu Fikri Buhairil Maarif (17 tahun), Faiqah Naylatul Izzah (12 tahun) dan Farah Shofia Ayasha (7 tahun).

Prof Hafsan memulai pendidikan dasarnya di Palu Barat (SDN Inpres 1 Kamonji) dan menamatkannya di Pangkep (SDN 32 Tumampua VI) saat hijrah bersama kedua orang kakaknya. Ia menuntaskan pendidikan menengahnya di Pangkep yakni SMPN 2 Pangkajene lalu lanjut di SMAN 1 Pangkep.

Perjalanan akademiknya di dunia kampus dimulai saat Hafsan muda menjadi mahasiswa ulung yang telaten di kelas dan turut aktif bergeliat di organisasi kemahasiswaan. Tak pelak, Ia selesai di Universitas Negeri Makassar pada tahun 2004 sebagai sarjana biologi dengan predikat lulusan terbaik dalam waktu kurang dari empat tahun.

Ia bahkan begitu cepat terlibat dalam dunia pendidikan dan akademik dengan terjun langsung memotori pembukaan dan pengelolaan Prodi Biologi STKIP Cokroaminoto yang kini berkembang pesat sebagai Universitas Cokroaminoto Palopo.

Pada Tahun 2005 Ia melanjutkan pendidikan magisternya setelah meraih Beasiswa Program Pasca Sarjana (BPPS) di Universitas Negeri Malang dan selesai dalam waktu dua tahun.

Sejak saat itu pula Ia mulai mewakafkan dirinya untuk kampus peradaban, UIN Alauddin Makassar. Sebab baginya, UIN bukan hanya tempat untuk mengabdikan dirinya sebagai dosen yang sibuk dengan darma perguruan tinggi  tetapi seturut dengan hal itu pengabdian di UIN Alauddin Makassar menjadi momentum tepat baginya untuk mengintegrasikan seluruh nilai-nilai baik agama dengan pemahamannya serta kecintaanya pada dunia biologi.

Melanjutkan seluruh rentetan derap capaian itu, Ia kemudian meraih gelar Doktor pada tahun 2018 dari Universitas Hasanuddin.

Deretan prestasi yang telah Ia torehkan juga tidak lepas dari kegemarannya dalam menulis. Hal ini tergambar nyata dari seluruh publikasi dan tulisan-tulisannya. Bayangkan saja hanya dalam 13 tahun dedikasinya, Ia telah menelurkan 18 buku teks biologi ber-ISBN dan 3 kumpulan sajak. Tidak sampai disitu saja, Ia juga mengantongi sebanyak 117 artikel jurnal ilmiah nasional dan internasional.

Prestasi dan catatan gemilang ini membuat Prof Hafsan bertengger dipuncak rangking SINTA dari 860 author di UIN Alauddin Makassar.

Dedikasi dan kesungguhannya selama 13 tahun itulah yang juga turut mengantarnya menerima satya lencana pada tahun 2020. Kini, saat usianya baru menginjaknya usia 41 Tahun Ia dianugerahi gelar kehormatan tertinggi sebagai Guru Besar Biologi oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia, terhitung sejak 01 Mei 2023 dengan angka kredit penuh yaitu 1063,43.

***

 Penulis dan Editor : Nurman Marang