Oleh : Afridha Sari*
“Kementerian Pertanian telah menargetkan pada tahun 2045 Indonesia akan menjadi lumbung pangan dunia dengan swasembada. Untuk mewujudkan itu sektor pertanian harus segera mengambil langkah dengan mengembangkan berbagai inovasi dari bioteknologi”.
Revolusi industri telah
mengharuskan masyarakat untuk bekerja dengan teknologi, tak terkecuali sektor
pertanian. Di tengah revolusi industri, sektor pertanian masih saja mengalami
permasalahan dengan kebutuhan akan produk pertanian. Hama dan penyakit masih
saja menjadi masalah utama dalam sektor pertanian. Selain itu, penggunaan
pestisida yang berlebihan masih menjadi masalah pada lahan pertanian dan adanya
permintaan konsumen yang menginginkan produk berkualitas dengan nilai gizi
tinggi membuat pelaku sektor pertanian berpikir lebih keras dalam memenuhi
kebutuhan konsumen.
Dilansir dari Sariagri, sedikitnya sekitar 800 hektare tanaman padi di
dua kecamatan di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan mengalami gagal panen
akibat hama wereng. Salah seorang petani dari Kecamatan Simbang, Jumadi, mengatakan bahwa sawah miliknya mengalami penurunan panen padi dari 5,6 ton
menjadi 4 ton, Selasa (31/3/2020).
Jika sampai saat ini petani
masih saja mengalami permasalahan di atas, bagaimana dengan target Kementerian
Pertanian untuk mewujudkan lumbung pangan dunia dengan swasembada di tahun
2045? Inilah yang kemudian harus segera diatasi dengan mencari solusi dan inovasi
yang berbasis teknologi untuk mengatasi
permasalahan produksi pangan di Indonesia.
Inovasi berbasis
teknologi yang bisa diterapkan dalam memperbaiki kualitas produksi pertanian
adalah dengan bioteknologi. Bioteknologi memanfaatkan agen hayati dan teknologi
untuk menghasilkan suatu produk yang bermanfaat dalam meningkatkan
kesejahteraan manusia. Bioteknologi banyak memanfaatkan teknologi rekayasa
genetika dalam menghasilkan tanaman varietas baru dengan kualitas unggul, nilai
gizi tinggi serta terbebas dari hama dan penyakit.
Bioteknologi di
Indonesia telah banyak dilakukan dalam skala penelitian, namun masih belum
banyak diterapkan di lahan pertanian. Sektor pertanian harus segera bertindak,
menggunakan bioteknologi untuk membantu petani saat ini yang masih menggunakan
metode konvensional
Berbicara mengenai
bioteknologi dalam bidang pertanian, masyarakat akan difokuskan pada teknologi kultur
jaringan dan teknik transfer gen. Selain itu ada berbagai inovasi dari
bioteknologi yang bisa diterapkan untuk mewujudkan target Kementerian Pertanian
di tahun 2045 dan akan terus berlanjut di masa depan, antara lain:
1.
Teknologi Nuklir dalam Pemuliaan Tanaman
"Nuklir untuk tanaman?"
"Apakah tanamannya diubah menjadi bom?".
Tanggapan orang akan berbeda saat
mendengar nuklir apalagi untuk tanaman. Teknologi nuklir dapat dimanfaatkan
sebagai bioteknologi dalam pemuliaan tanaman karena kemampuannya dalam merubah
materi genetik dan membentuk varietas baru pada tanaman. Induksi mutasi telah
banyak dikembangkan dalam skala penelitian. Dalam seminar yang dilaksanakan
oleh Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) pada
Jumat, 17/7/2020. Dr. Sorbizal menyampaikan mutasi dengan iradiasi dapat
menghasilkan varietas tanaman pertanian dengan sifat unggul. BATAN telah
menghasilkan 20 varietas padi hasil iradiasi, 12 varietas kedelai, 3 varietas
sorgum, 2 varietas kacang hijau, dan 1 varietas gandum. Beberapa varietas
memiliki sifat tahan terhadap serangan hama, memiliki aroma yang harum, tahan
terhadap kekeringan dan masih banyak lagi varietas unggul yang dihasilkan dari
induksi mutasi. Hal ini menunjukkan perkembangan teknologi nuklir untuk
pemuliaan tanaman telah menjadi salah satu bioteknologi menjanjikan dalam dunia
pertanian
2.
Teknik Isotop untuk Produktivitas Tanah Pertanian
Selain tanaman, tanah
pertanian sebagai lahan kerap menjadi permasalahan dalam bidang pertanian.
Kerusakan tanah semakin bertambah sejak penggunaan pupuk kimia dan pestisida
secara berlebihan. Hal ini dapat diatasi dengan teknologi isotop yang banyak dimanfaatkan
dalam mempelajari hubungan antara tanah dan tanaman. Dengan menggunakan
teknologi isotop akan mampu menghasilkan produktivitas lahan dengan penggunaan
pupuk organik dan pupuk hayati, sehingga mampu menekan penggunaan pestisida dan
pupuk kimia berbahaya, mampu meningkatkan kesuburan tanah dengan bantuan
bakteri fiksasi nitrogen, digunakan dalam pengukuran kadar air dalam tanah, serta mendeteksi
potensi erosi tanah. Pemanfaatan teknik isotop juga
disampaikan oleh peneliti dalam seminar daring Pusat Aplikasi Isotop dan
Radiasi BATAN, Ania Citraresmini, pada jumat, 24/7/2020. Dalam seminar tersebut, Ania menyatakan bahwa teknik peruntutan isotop dapat dimanfaatkan dalam mengetahui
sumber unsur hara dari dalam tanaman. Selain itu teknik ini juga mampu
mengetahui seberapa besar unsur hara yang diberikan pada tanaman yang berasal
dari produk pupuk seperti pupuk hayati dan pupuk organik. Kepala BATAN, Anhar
Riza Antariksawan mengatakan teknik isotop untuk pengembangan sumber daya lahan
masih belum banyak diketahui. Hal inilah yang kemudian dapat dimanfaatkan oleh
pelaku sektor pertanian agar dapat mengatasi permasalahan lahan yang rusak.
3.
CRISPR/Cas9 untuk Mengedit Gen Tanaman
Pengeditan gen atau
lebih dikenal dengan Genome Editing
merupakan bioteknologi molekuler dengan metode perakitan gen. Sekuen DNA
yang berpotensi mengalami mutasi merugikan akan diganti, diedit, dan dihapus
menggunakan bantuan enzim Cas9 sebagai pemotong sehingga sekuen DNA hasil editan
bisa merubah sifat dari organisme. CRISPR-Cas9 inilah yang kemudian digunakan
oleh ahli molekuler dalam mengedit susunan gen pada tanaman. CRISPR-Cas9 telah
banyak diaplikasikan di negara maju untuk memperoleh sifat-sifat unggul pada
tanaman pangan seperti ketahanan pangan terhadap penyakit, terhadap kondisi
iklim, dan lain sebagainya. Di Amerika serikat, tanaman hasil genome editing telah berhasil
dikembangkan hingga sampai pada tahap komersial. Di indonesia beberapa
penelitian CRISPR-Cas9 juga telah dikembangkan seperti pada penelitian Budiani (2018), yang telah mengembangkan kelapa sawit tahan cekaman biotik penyakit
ganoderma. Sektor pertanian Indonesia dapat menjadikan ini sebagai sebuah
inovasi yang perlu dikembangkan dalam bidang pertanian.
4.
Bakteriofage Pembasmi Penyakit
Penyakit pada tanaman tidak terlepas dari serangan bakteri patogen yang menyebabkan tanaman menjadi busuk. Penyerangan bakteri patogen tanaman ini dapat dihentikan dengan penggunaan bakteriofage. Bakteriofage adalah virus yang menginfeksi bakteri.
"Virus dimasukkan dalam tanaman?"
"Mungkin efektif untuk membunuh bakteri, lalu bagaimana dengan tanamannya?".
Tanggapan orang akan sensitif saat mendengar kata virus. Namun virus ini hanya mengenali bakteri targetnya jadi tidak akan mengganggu bakteri baik, apalagi tanamannya. Virus ini dapat mendeteksi keberadaan bakteri dalam tanaman dan dapat melisiskan (memecah) sel bakteri sehingga bakteri patogen akan terbunuh oleh bakteriofage. Untuk memudahkan pendeteksian dapat digunakan teknik rekayasa genetika untuk menyisipkan gen tertentu agar mempermudah bakteriofage mendeteksi keberadaan bakteri. Bioteknologi adalah ilmu kekinian hasil riset para peneliti bangsa yang menjanjikan bagi sektor pertanian. Sekarang saatnya generasi muda menjadi petani modern dengan mengembangkan bioteknologi di Indonesia dan mewujudkan misi di tahun 2045 dan terus berlanjut dimasa depan.
*Mahasiswa Jurusan Biologi angkatan 2017, memiliki minat besar dalam bidang Genetika dan Bioteknologi, terutama dalam teknologi pemuliaan tanaman. Jadi Modern Farmer, Why Not?
Naskah ini diikutkan dalam Agri Writing Competition 2020 yang diselenggarakan oleh Kementerian Pertanian RI. Dukungan dalam bentuk like pada postingan akun media sosial pribadi ataupun Jurusan Biologi sangat berarti untuk melaju dari tahap seleksi. Jadi, jangan lupa doa dan dukunganTa semua. Terima kasih :)