JELAJAH KARST, MAROS PANGKEP, SULSEL
Muhlis Rahman, S.Si (Alumni Jur. Biologi FST UIN Alauddin Makassar)
Kali ini saya akan mengajak teman-teman untuk menyusuri kawasan karst yang membentang di kabupaten Maros dan Pangkep yang saya kunjungi bersama teman-teman dari komunitas Elang (English Petualang) Minggu, 21 September 2014. Kawasan ini termasuk kawasan- Rammang-Rammang, berasal dari bahasa daerah setempat yaitu Bahasa Makassar, diartikan sebagai sekumpulan awan atau kabut. Menurut cerita penduduk setempat, tempat ini diberi nama Rammang-Rammang dikarenakan awan atau kabut yang selalu turun terutama di pagi hari atau ketika hujan.
Rammang-Rammang masuk dalam kawasan karst yang membentang di kabupaten Maros dan Pangkep, Sulawesi Selatan. Kawasan karst (yang asal katanya dari bahasa Yugoslavia/Slovenia) ini memiliki luas sekitar 45.000 hektar. 20.000 hektar di antaranya masuk dalam kawasan Taman Nasional Bantimurung, Maros. Kawasan Karst ini termasuk kawasan karst terbesar kedua di dunia setelah kawasan karst di Yunnan, Tiongkok Selatan. Tahun 2001 UNESCO memasukkan kawasan karst Maros-Pangkep sebagai kawasan cagar alam yang telah memenuhi 9 syarat termasuk keragaman hayati yang unik dan tentu saja sisa peninggalan manusia purba di beberapa dinding gua. Beberapa objek wisata alam yang bisa ditemukan di tempat ini yaitu Taman Hutan Batu Kapur, Telaga Bidadari, Gua Bulu' Barakka’, Gua Telapak Tangan, Gua Pasaung, dan wisata Sungai Pute beserta Kampung Berua.
Perjalanan awal menuju gua telapak tangan ditempuh dengan berjalan kaki sekitar 3 km. Sebaiknya lakukan pemanasan terlebih dahulu untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Selama perjalanan menuju gua, kita bisa melihat kasrt-karst yang berjejeran sepanjang jalan menuju gua, juga tak luput hewan berkekerabatan paling dekat dengan kita (monyet), banyak dijumpai ditempat ini.
Selama perjalanan, kita dapat menemui warga yang menetap di tempat ini. Tidak heran penduduk yang bermukim disini bisa terhitung dengan jari. Nah, catatan paling utama, pengunjung harus membekali diri dengan bahasa Makassar untuk memudahkan komunikasi dengan warga di kawasan ini.
Menurut teori dari beberapa penelitian, bahwa selain sebagai tempat tinggal, manusia purba dahulu sengaja memilih gua yang agak tinggi untuk menghindari dari ancaman binatang buas. Mereka juga sengaja meninggalkan jejak berupa cap tangan untuk melindungi dan menjaga diri mereka dari pengaruh roh-roh jahat. Cap tangan dibuat dengan cara menempelkan telapak tangan ke dinding gua, lalu mengunyah bagian dari tumbuhan hutan tertentu yang berwarna cerah dan menyemprotkannya dengan mulut ke dinding gua. Sedangkan lukisan-lukisan di dinding gua seperti gambar perahu, rusa, dan ikan, menggambarkan kegiatan mereka sehari-hari seperti berburu, mencari ikan atau pun kegiatan lainnya.
Di dalam gua telapak tangan yang gelap ini terdapat satwa endemik seperti laba-laba, kaki seribu, dan jangkrik. Jika ingin menikmati suasana di dalam gua, maka diperlukan alat penerangan. Dokumentasi perjalanan menjadi hal yang wajib dilakukan. Selain itu perlengkapan-perlengkapan seperti headlamp dan tali harus disediakan untuk lebih mempermudah jangkauan ke telaga bidadari yang gelap di dalam gua telapak tangan. Dan tentu urusan kampung tengah jangan disepelekan, bekal makanan juga sebaiknya disediakan terlebih dahulu.
Selanjutnya perjalanan dilanjutkan menuju telaga bidadari. Telaga ini berada tepat di tengah-tengah bukit kapur, yang memiliki lubang besar tepat di bagian tengah dan menjadi tempat berkumpulnya air sehingga membentuk sebuah telaga. Air dari telaga ini berasal dari celah bebatuan kapur, dan hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki dengan melewati jalan setapak berupa pecahan-pecahan batu kapur di sepanjang jalan. Objek wisata ini cukup berbahaya dan menantang karena harus mendaki gunung kapur dan melewati cukup banyak jalan setapak yang berada di tepi jurang. Dengan airnya yang jernih dan segar menjadikan telaga ini sebagai salah satu objek wisata yang paling diminati.
Telaga bidadari konon menurut cerita rakyat setempat adalah tempat mandi para bidadari sehingga tempat ini disebut sebagai Telaga atau Taman Bidadari. Uniknya, air di telaga ini akan surut pada musim hujan, dan air akan tinggi pada musim kering. Dibutuhkan tenaga ekstra untuk mencapai telaga ini.
Perjalanan selanjutnya ke sungai pute dan kampung berua. Sungai Pute dan Kampung Berua berasal dari Bahasa Makassar, yaitu Pute yang berarti Putih dan Berua yang berarti baru. Sungai Pute yang dangkal dengan aliran sungainya yang tenang dan airnya yang jernih, menemani perjalanan kita menuju ke Kampung Berua. Di sungai pute ini sendiri banyak terdapat berbagai jenis mangrove. Selain itu kampung Objek wisata terakhir adalah Bukit Karst Kampung Berua. Dengan sedikit berjalan kaki melewati pematang sawah dan tambak sebagai jalan setapak, kemudian menyeberangi Sungai Pute melalui atas jembatan bambu, kita pun akhirnya dapat mencapai bukit kapur (karst) ini. Dengan ketinggiannya yang tidak begitu tinggi sekitar 7 meter, menjadikan bukit kapur ini cukup mudah untuk kita capai dan menjadi destinasi wisata selanjutnya di Kampung Berua.
Nah tertarik untuk mengunjungi tempat ini? Jika mengendarai kendaraan bermotor, untuk sampai ke tempat ini membutuhkan sedikitnya 2 liter bensin. Jarak tempuh perjalanan kurang lebih 40 km dengan durasi waktu kurang dari 2 jam. Berikut tips waktu yang paling pas untuk mengunjungi tempat ini
- Berkunjunglah di pagi hari atau di sore hari atau jika anda punya waktu anda bisa ngecamp di dusun berua. Selain dusun berua anda juga bisa mengunjungi Telaga bidadari dan Goa telapak tangan.
- Ajak teman anda minimal 5 orang agar bisa share cost untuk perahu.
- Untuk mencapai Rammang-Rammang. Naik pete-pete jurusan pangkep kemudian turun di pertigaan jalan masuk semen bosowa. jarak dari pertigaan sampai dermaga sekitar 1.5 km jika tidak mau jalan kaki anda bisa naik ojek.
- Dermaga Rammang-Rammang berada disisi kiri jembatan pertama dari jalur masuk semen bosowa. Jika anda ingin berkunjung ke Telaga bidadari dan Gua telapak tangan anda bisa memilih jalur samping kantor PLN jaraknya sekitar 3 km, untuk lebih jelas silahkan bertanya di penduduk.